Penutupan tempat wisata akibat Pandemi Covid-19—yang menghantam dunia hampir dua tahun belakangan ini—boleh dikatakan bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi, melumpuhkan sektor pariwisata. Namun di sisi lain, membuat tempat wisata menjadi lebih bersih. Tidak ada lagi jejak buruk wisatawan: tumpukan sampah yang merusak keindahan dan mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Kenyataannya, penanganan sampah, terutama di tempat wisata, memang tidak mudah. Hal ini diakui oleh Magfira Ali, penggiat kebersihan di Banda Neira, Maluku Tengah. Sehari-hari, pria yang biasa disapa Pak Maga ini menyusuri daratan (kota) dan pantai untuk memulung sampah, yang sebagian besar terdiri dari plastik dan kertas. Seolah tak peduli terpaan terik sinar Matahari, derai hujan, dan deru ombak pesisir.
Penanganan sampah yang dilakukan Pak Maga melalui proses panjang, dari screening, pengumpulan sampah, sampai penyusunan program kebersihan. Kegiatan ini sudah dijalani selama satu dekade terakhir. Memang, persoalan sampah di Banda Neira belum 100 persen terselesaikan. Namun Pak Maga optimis, karena ia tidak bekerja sendirian, melainkan ada keterlibatan komunitas setempat.
Demi mendukung keberhasilan program kebersihan, sejak dua tahun lalu, Pak Maga mengoperasikan sebuah mesin pengolahan sampah. Dengan mesin ini, warga tidak perlu membakar, mengubur, atau membuang sampah secara serampangan, melainkan mengumpulkannya di suatu area khusus yang disebut: Bank Sampah. Sebagai balasan atas partisipasinya, warga mendapatkan “barter” berupa sembako.
Untuk diketahui, pembakaran sampah, terutama plastik, sangatlah berbahaya. Asapnya mengandung zat beracun yang membahayakan kesehatan, dan beresiko menimbulkan penyakit, termasuk infeksi saluran nafas. Tambah lagi, tumpukan atau serakan sampah di tempat-tempat yang tidak semestinya sangat mengganggu indra penglihatan dan indra penciuman. Lingkungan yang jorok sungguh tidak nyaman!
Untung saja ada Pak Maga beserta tim dan komunitasnya yang rela berkotor-kotor demi menjaga pamor dan kebersihan lingkungan di Banda Neira, sehingga destinasi wisata yang dikenal dengan julukan Negeri Rempah ini tak hanya elok, tapi juga apik. Meskipun ada sang pahlawan lingkungan yang tulus bekerja secara sukarela, bukan berarti orang lain bisa seenaknya nyampah. Kebersihan adalah tanggung jawab kita semua!
Yuk, bersama-sama kita menjaga kebersihan dan keindahan Banda Neira (juga semua wilayah di Tanah Air). Buanglah sampah di tempatnya. Rajin-rajinlah melakukan aksi bersih-bersih, dimulai dari lingkungan terkecil: rumah kita sendiri, diestafet ke lingkungan sekitar. Lakukan secara rutin, bukan hanya sesekali. Kalau bukan kita—warga Banda Neira, warga negara Republik Indonesia—yang berdisiplin, lalu siapa lagi?
Penulis dan Foto: Supiati Hatuala, warga Banda Neira
Editor: Vega Probo