Akhirnya, Belanda berhasil mengambil alih monopoli perdagangan pala. Pada 1621, Portugis dibunuh dan diusir Belanda di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen. Budidaya pala dibagi menjadi 68 “bedengan” atau perken yang disewakan kepada mantan karyawan VOC yang ingin menjadi petani pala yang disebut perkenier (perquenier).
Tentu saja, perkenier hanya boleh menyerahkan produknya kepada VOC. Sejak itu, dimulailah kisah para perkenier dengan pala dan VOC. Kehidupan perken diturunkan dari generasi ke generasi dan menciptakan “dinasti perkenier” (perkeniersdynastieen) yang berbeda-beda. Nah, salah satu dinasti perkenier yaitu Van den Broeke dari Lonthoir.
Kembali ke soal Prasasti Lonthoir yang bertuliskan nama keturunan Van den Broeke, kala itu batu pembatas atau penanda perkebunan pala juga disebut padrao. Ini tercatat dalam beberapa literatur, antara lain buku Tijdschrift voor Indische Taal, Land En Volkenkunde yang diterbitkan di Batavia (Jakarta), pada 1923.
Di buku tersebut, tepatnya di bagian pembahasan berjudul Lijst der Aanwinsten van de Historische Verzamelling in 1922, disebutkan tentang prasasti atau padrao yang bertuliskan, “Deesen steene paager is op geset bij orde van Jan van den Broeke, anno 1706” itu.
Jika dilihat secara langsung, angka tahun yang dimaksud bukanlah 1706, melainkan 1705.
Prasasti ini terdiri atas 17 baris dan di bagian bawah terdapat tulisan yang kemungkinan berbahasa Portugis, juga gambar bola dunia serta angka tahun 1577 yang nyaris pudar. Lazimnya, padrao memang bergambar bola dunia. Kemungkinan prasasti ini dipahat di kemudian hari di pradao berlambang negeri Portugis yang sudah lebih dahulu ada.